C. Pentingnya
Sosialisasi Politik dalam Pengembangan
Budaya Politik
1 .
Pengertian
Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik
para anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan politik.
Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup
yang diperoleh
secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal maupun
secara tidak sengaja melalui kontak
dan pengalaman sehari-hari, baik dalam
kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.
Berbagai pengertian dan
batasan mengenai sosialisasi politik telah
dike- mukakan oleh para sarjana terkemuka,
di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Gabriel Almond (2000)
Sosialisasi politik menunjuk pada proses tempat sikap-sikap dan pola tingkah
laku politik diperoleh
atau dibentuk. Sosialisasi politik juga merupakan
sarana
bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan
keyakinan-keyakinan politik pada generasi berikutnya.
b. Ramlan
Surbakti (1992)
Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik
anggota masyarakat.
c. Kenneth P. Langton (1969)
Sosialisasi politik adalah
cara masyarakat meneruskan kebudayaan politiknya.
d. Richard E. Dawson (1992)
Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai pewarisan pengetahuan, nilai-nilai,
dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana
sosialisasi lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak
dewasa.
Pada hakikatnya,
sosialisasi politik adalah suatu proses
untuk memasya- rakatkan nilai-nilai atau budaya politik
ke dalam
suatu masyarakat. Beberapa
aspek penting dari sosialisasi politik adalah sebagai berikut.
1 . Sosialisasi politik merupakan proses belajar dari pengalaman.
2 . Sosialisasi politik merupakan prakondisi bagi aktivitas sosial politik.
3. Sosialisasi politik berlangsung tidak hanya pada usia dini dan remaja, tetapi
tetap berlanjut sepanjang kehidupan.
4. Sosialisasi politik memberikan hasil belajar yang berupa informasi,
penge-
tahuan, sikap, motif, nilai-nilai yang tidak hanya berkaitan dengan individu
tetapi juga dengan kelompok.
Menurut Ramlan Surbakti, sosialisasi politik
dibagi dua, yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik
merupakan proses dialogis di antara pemberi
dan penerima
pesan. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi, atau keikutsertaan dalam berbagai
pretemuan. Indoktrinasi politik merupakan
proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma,
dan simbol yang dianggap oleh pihak yang berkuasa
sebagai ideal dan baik.
2 . Tipe-Tipe Sosialisasi
Politik
Tipe sosialisasi
yang
dimaksud adalah bagaimana cara atau
mekanisme sosialisasi politik berlangsung. Ada dua tipe sosialisasi politik, yakni sebagai berikut.
a. Sosialisasi Politik Tidak Langsung
Sosialisasi politik
tidak langsung pada mulanya berorientasi pada hal-hal yang bukan
politik, kemudian warga dipengaruhi untuk memiliki orientasi politik.
Sosialisasi politik tidak langsung dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1) Magang
Magang merupakan bentuk aktivitas sebagai sarana belajar. Magang di
tempat-tempat tertentu atau organisasi nonpolitik dapat memengaruhi orang
ketika berhubungan dengan politik.
2) Pengalihan
hubungan antarindividu
Hubungan antarindividu yang pada mulanya tidak berkaitan dengan politik,
akhirnya individu akan terpengaruh ketika berhubungan atau berorientasi
dengan kehidupan politik. Contohnya, hubungan anak dengan orang tua
nantinya akan membentuk orientasi anak ketika ia bertemu atau berhubungan
dengan pihak luar.
3) Generalisasi
Menurut tipe generalisasi, kepercayaan dan nilai-nilai yang diyakini yang
sebenarnya tidak berkaitan dengan politik dapat memengaruhi orang untuk
berorientasi pada objek politik tertentu.
b. Sosialisasi Politik Langsung
Pada tipe ini, sosialisasi politik berlangsung dalam satu tahap saja, yaitu bahwa
hal-hal yang diorientasikan dan ditransmisikan adalah hal-hal yang bersifat
politik. Sosialisasi politik langsung dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni sebagai
berikut.
1) Pengalaman
politik
Pengalaman politik adalah belajar langsung dalam kegiatan-kegiatan politik
atau kegiatan yang sifatnya publik. Contohnya, adalah keterlibatan langsung
seseorang dalam kegiatan partai politik.
2) Pendidikan
politik
Sosialisasi politik melalui pendidikan politik adalah upaya yang secara sadar
dan sengaja serta direncanakan untuk menyampaikan, menanamkan, dan
membelajarkan anak untuk memiliki orientasi-orientasi politik tertentu.
Pendidikan politik
dapat dilakukan melalui diskusi politik, kegiatan partai
politik, dan pendidikan
di sekolah.
3) Peniruan perilaku
Proses menyerap atau mendapatkan orientasi politik dengan cara meniru
orang lain. Contohnya, seorang siswa akan mendukung calon presiden
tertentu karena kakaknya juga mendukung calon presiden tersebut.
4) Sosialisasi antisipatori
Sosialisasi politik dengan cara belajar bersikap dan berperilaku seperti tokoh
politik yang diidealkan.
Misalnya, seorang anak belajar bersikap dan cara
berbicara seperti presiden karena ia memang mengidealkan peran itu.
3 . Agen
atau Sarana Sosialisasi Politik
Menurut Gabriel A. Almond (2000), sosialisasi politik dapat membentuk dan
mentransmisikan kebudayaan
politik suatu bangsa. Sosialisasi politik juga dapat memelihara
kebudayaan politik suatu
bangsa dalam bentuk penyampaian kebudayaan
itu dari
generasi tua kepada generasi muda,
serta dapat pula mengubah kebudayaan
politik. Untuk dapat menyampaikan atau mentrans- misikan pandangan,
nilai, sikap, dan keyakinan-keyakinan politik diperlukan sarana atau agen-agen
sosialisasi politik. Terdapat enam macam sarana atau agen sosialisasi, yaitu keluarga, kelompok bergaul atau bermain, sekolah, tempat kerja,
media massa, dan kontak politik langsung.
a. Keluarga
Keluarga merupakan
lembaga pertama yang dijumpai oleh individu. Keluarga juga merupakan sarana bagi sosialisasi politik yang sangat strategis terutama untuk pembentukan kepribadian dasar serta sikap-sikap
sosial anak yang nanti berpengaruh untuk orientasi politik.
Pengalaman berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
keluarga dapat meningkatkan kompetensi anak. Pengalaman
itu dapat juga memberi kecakapan-kecakapan untuk melakukan interaksi politik.
Keluarga memiliki
peran penting dalam
sosialisasi politik karena ada dua alasan, yakni sebagai berikut.
1) Hubungan yang terjadi
di keluarga merupakan
hubungan antar individu
yang paling dekat dan memiliki
ikatan yang erat sehingga
efektif untuk menanamkan sikap dan nilai-nilai.
2) Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama untuk menanamkan kepribadian anak sejak awal.
b. Kelompok Pergaulan
Kelompok pergaulan mampu menjadi sarana
sosialisasi politik yang
efektif setelah anak keluar dari
lingkungan keluarga. Dalam kelompok pergaulan,
seseorang akan melakukan
tindakan tertentu karena teman-temannya di dalam kelompoknya melakukan
tindakan tersebut.
Kelompok pergaulan menyosialisasikan anggota-anggotanya
dengan cara mendorong atau
mendesak mereka untuk menyesuaikan diri terhadap sikap- sikap
atau tingkah
laku yang
dianut oleh kelompok itu. Seseorang
mungkin menjadi tertarik pada politik
atau mulai mengikuti
peristiwa-peristiwa politik karena teman-temannya berbuat demikian.
Lingkungan kelompok pergaulan lebih luas dan menjadikan mereka memiliki
pengalaman bersama karena kegiatan
yang mereka lakukan. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak seringkali
tidak diperoleh dari keluarga.
c. Sekolah
Proses pendidikan politik sejak dari bangku
sekolah merupakan usaha pemerintah
memperkenalkan politik kepada masyarakat sejak dini.
Sekolah berperan penting
dalam sosialisasi politik. Sekolah memberi
penge- tahuan kepada para siswa
tentang dunia politik
dan peranan mereka
di dalamnya. Sekolah
juga memberikan pandangan yang lebih konkrit
tentang lembaga-lembaga
politik dan hubungan-hubungan politik.
Anak
belajar mengenal nilai, norma, dan atribut
politik negaranya. Kegiatan sosialisasi politik melalui sekolah dapat
berupa kegiatan intrakurikuler, upacara
bendera, kegiatan ekstra, dan baris-
berbaris.
d. Tempat Kerja
Organisasi-organisasi formal atau informal yang dibentuk
atas dasar pekerjaan
juga dapat memainkan
peran sebagai agen sosialisasi politik. Organisasi-organisasi
tersebut dapat berbentuk
serikat kerja atau serikat buruh. Dengan menjadi
anggota dan aktif
dalam
organisasi tersebut
mereka mendapat sosialisasi politik
yang efektif.
Bagi para anggotanya, organisasi-organisasi tersebut dapat berfungsi sebagai
penyuluh di bidang
politik. Secara tidak langsung, para
anggota akan belajar tentang berorganisasi.
Pengetahuan tersebut akan bermanfaat dan berpengaruh ketika mereka
terjun ke dunia politik. Individu-individu
yang mempunyai
pengalaman berorganisasi umumnya tidak akan
canggung apabila suatu ketika terjun ke dunia politik. Misalnya, melakukan pertemuan dengan pejabat soal UMR, bermusyawarah dengan pimpinan perusahaan soal
kesejahteraan, bahkan kegiatan demonstrasi yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
e. Media Massa
Media massa bagi
masyarakat modern
memberikan informasi-informasi politik
yang
cepat dan dalam jangkauan yang luas.
Dalam hal itulah, media mssa
baik surat kabar,
majalah, radio, televisi, maupun internet
memegang peranan penting.
Media massa juga
merupakan sarana ampuh untuk membentuk
sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan politik. Melalui media massa,
ideologi negara dapat ditanamkan
kepada masyarakat, dan melalui media
massa pula politik negara dapat diketahui oleh masyarakat luas.
f. Kontak
Politik Langsung
Kontak politik langsung dapat berupa pengalaman nyata yang dirasakan
oleh seseorang dalam kehidupan
politik. Betapa pun positifnya
pandangan terhadap sistem politik yang telah
ditanamkan oleh keluarga atau sekolah,
apabila pengalaman nyata seseorang bersifat
negatif, maka hal itu dapat mengubah
pandangan politiknya.
No comments:
Post a Comment
PERATURAN BERKOMENTAR
1.di larang spam
2.berkomentarlah sesuai dengan topik
3.terimakasih atas komentar yang telah di terbitkan